Api tak kunjung padam
Amaterasu,, mungkin
bagi penggemar naruto sudah tak asing lagi mendengar kata tersebut. Amaterasu
merupakan api abadi yang tak bisa mati kecuali atas kehendak pemiliknya. Dalam
kisah naruto amaterasu ini menjadi jurus pamungkas itachi uciha yang kemudian
diturunkan kepada adiknya (sasuke uciha).
Tak Cuma dalam kisah naruto, amaterasu juga bisa kita lihat
di dunia nyata. Tepatnya di desa larangan tokol, kec. Tlanakan, kab. Pamekasan, Madura. Api yang dijuluki dengan api tak kunjung padam
ini sudah ada sejak jaman dahulu, yang kini menjadi salah satu aset wisata terlaris
dimadura, khususnya pamekasan.
Sudah banyak para wisatawan local, maupun asing sudah mengagumi kehebatan tuhan yang satu ini, termasuk juga saya sebagai warga pamekasan sendiri. dengan adanya api alam ini, menandakan bahwa Madura memiliki kekayaan yang terpendam. Bagaimana tidak, dengan adanya api takkunjung padam ini sudah menjadi bukti besar bahwa di bawah bumi Madura, khususnya pamekasan mempunyai gas alam yang mungkin jumlahnya tidak dapat kita hitung.
Konon, diceritakan ada seorang pria yang dikenal dengan
sebutan ki moko, ki moko merupakan menantu dari raja singosari, dan pada saat
itu kimoko mendapatkan berita kalau mertuanya tersebut akan datang ke rumah
kimoko, dikarenakan kimoko tidak mempunyai fasilitas yang cukup(kendaraan, air,
penerangan, dan harta) untuk menyambut kedatangan tamu istimewanya tersebut,
kimoko mempunyai inisiatif untuk bertapa selama 6 bulan . alhasil kimoko
mendapatkan 3 benda sakti, yaitu tokol(palu), tongkat, dan pajung( panyung).
Karena tidak tau kegunaan dari ketiga benda tersebut kimoko memutuskan untuk
bertapa lagi selama 3 bulan. Alhasil kimokopun mendapatkan petunjuk akan
kegunaan ketiga benda tersebut, untuk panyung kimoko lemparkan kebagian timur
rumahnya, secara ajaib panyung itu berubah menjadi sumber air yang sampai
sekarang dikenal dengan sebutan “somber pajhung (sumber payung)”, dan hebatnya
sumber air ini terus mengeluarkan gelembung-gelembung dari pusat sumber airnya,
dikarenakan sumber airnya yang banyak somber pajhung ini di jadikan prioritas utama untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat sehari-harinya baik dari mandi, cuci baju, air minum dsb.
namun sayangnya sumber air ini sekarang sudah mulai surut, hal ini mengharuskan
masyarakat larangan tokol untuk mencari alternative lain.
Benda kedua ialah tongkat, untuk tongkat kimoko tancapkan
didepan rumahnya, secara ajaib tongkat tersebut berubah menjadi bara api yang
langsung keluar dari tanah, dan hal tersebut dapat kita nikmati sampai sekarng.
Dan benda terakhir adalah tokol(palu), untuk palu kimoko lemparkan kebagian
tenggara rumahnya, dan secara ajaib palu tersebut langsung berubah menjadi
kuda, secara apontan kimoko berkata “kalau palu bisa jadi kuda, maka lebih
mahal palu dari pada kuda”, karena hal inilah daerah tersebut sekarang
dinamakan desa larangan tokol(lebih mahal palu).
Dari petapaannya yang terakhir, ki moko juga mendapatkan
petunjuk mengenai hartanya, kimoko yang mempunyai kebiasaan memancing setiap
hari, dan setiap memancing kimoko menyempatkan untuk mengasah kailnya di tempat
dan dibatu yang sama, dan batu yang digunakan kimoko sebagai tempat mengasah
kailnya tersebut masih ada sampai sekarang, sehingga tempat tersebut dinamakan
“kampong pagengsian” (kampung tempat mengasah), yang jaraknya sekitar 5 km
kearah selatan dari tempat api tak kunjung padam. Dan waktu memancing kimoko
memiliki kebiasaan unik yaitu, duduk ditempat yang sama setiap harinya, dan
jika kimoko mendapatkan ikan, maka kimoko akan mengambil mata kanan sang ikan
kemudian ikan tersebut akan dilepaskannya lagi ke laut, dan untuk batu tempat
duduk kimoko sampai sekarang juga masih dapat kita lihat, yang mana batu
tersebut sekarang suda berada di tengah lautan, tapi masih dapat dilihat dalam
jangkauan mata, anehnya batu tersebut terus bergerak tanpa henti(dari dulu
sampai sekarang) seperti neraca timbangan dan mengikuti kapasitas air laut(jika
air laut naik, ikut naik). Petunjuk yang diapatkan kimoko ialah untuk memeriksa
bubung(tempat mata ikan) yang telah terisi banyak mata ikan hasil tangkapan
kimoko, secara ajaib yang tadinya mata ikan langsung berubah menjadi belian,
oleh karena itu hiasan cincin dimadura dinamakan dengan “shocah(mata)”. Dan setelah kimoko menjemput sang mertua dari kapal menuju
rumahnnya, sang mertuapun berkata “dheddih edinnak dhengkanah be’en (jadi
disini rumahnya kamu)” dipamekasan sendiri wisata api tak kunjung padam ini
lebih familiar dengan sebutan dhengkah(rumah). Demikian cerita dari saya yang
saya dengar langsung dari orang tua saya, yang mana suda menjadi cerita turun
menurun. ^_^
Gimana sob,, jadi pengenkan melihat dan ngebuktiin sendiri
riwayat dari kimoko(hadagi), harga masuknya cukup murah kok, Cuma Rp 500.,
untuk kendaraan roda 2, dan Rp 2000., untuk kendaraan roda 4, dan bukanya 24
jam loh, dijamindeh ngak bakalan nyesel,, hehe...
0 komentar:
Posting Komentar